Senin, 30 Mei 2011

Penyakit Otot Jantung ( 2 )

Penyebab Kardiomiopati Dilatasi (sambungan)

Penyakit katup jantung terutama aortic regurgitation (kebocoran aortik) dan mitral regurgitation (kebocoran mitral) menyebabkan kardiomiopati dilatasi. Seharusnya pembesaran secara bertahap dari ruang jantung merupakan tanda yang penting bahwa mungkin sudah waktu yang tepat untuk penggantian atau perbaikan dari katup jantung.
Kelainan nutrisi - terutama kekurangan vitamin B1 - dapat menyebabkan kardiomiopati. Bentuk dari kardiomiopati ini kebanyakan dijumpai di negara dunia ketiga dan pada alkoholiker (peminum berat alkohol).
Kardiomiopati kadang-kadang menyerang wanita dalam waktu satu bulan setelah melahirkan. Yang disebut kardiomiopati peripartum ini adalah hasil dari kardiomiopati yang terjadi tanpa diketahui penyebabnya dan berhubungan dengan kelahiran anak. Ketika banyakwanita yang menderita ini dapat sehat kembali, ada beberapa yang penyakitnya berkembang cepat menjadi kardiomiopati yang berat.
Terdapat juga bentuk genetik dari kardiomiopati. Inilah sebabnya mengapa beberapa keluarga dipengaruhi oleh sangat tingginya kejadian kardiomiopati dilatasi.
Jantung yang bekerja berat adalah penyebab lain dari kardiomiopati dilatasi. Setiap kondisi yang menyebabkan otot jantung bekerja pada beban yang tinggi untuk waktu yang lama (minggu atau bulan) akhirnya dapat menyebabkan pembesaran jantung dan pelemahan otot jantung. Kondisi ini termasuk penyakit anemia yang lama, kelainan takikardia, hipertiroidisme kronis, dan kerja berat yang disebabkan kebocoran (regurgitant) katup jantung.
Pada banyak kasus, penyebab spesifik dari kardiomiopati dilatasi tidak dapat diidentifikasi. Pada kasus-kasus ini kardiomiopati dilatasi disebut idiopatik.

Gejala Kardiomiopati Dilatasi

Gejala-gejala dari kardiomiopati adalah gejala-gejala dari gagal jantung. Ini termasuk sesak napas dan atau letih waktu kerja fisik atau waktu berbaring, bangun tengah malam karena kehabisan napas dan bengkak pada kaki bagian bawah. Gejala-gejala bertambah seiring dengan kemajuan penyakit. Pasien dengan kardiomiopati dilatasi juga mempunyai peningkatan kejadian (insiden) sangat tinggi dari aritmia yang mengancam nyawa, yaitu takikardia bilik dan fibrilasi bilik. Pada pasien-pasien ini, suatu episode dari syncope (tidak berdaya, lemah, pucat) harus dipertimbangkan sebagai tanda awal dari kematian mendadak.

Diagnosis Kardiomiopati

Diagnosis kardiomiopati dilatasi bergantung pada demonstrasi pembesaran kamar-kamar jantung terutama kamar-kamar bilik jantung. Pembesaran-pembesaran ini dapat dilihat pada X-ray dada, tetapi bisa lebih tepat didapat gambarannya melalui echocardiogram atau MUGA scan
Sekali kardiomiopati dilatasi ditemukan, maka setiap usaha harus dilakukan untuk menemukan penyebab potensi yang dapat dibalikkan (reversible). Penyakit jantung koroner dan penyakit katup jantung harus dipastikan. Anemia, takikardia abnormal, defisiensi nutrisi, alkoholisme, dan penyakit tiroid juga harus dipastikan. Kadand-kadang biopsi jantung juga diperlukan untuk memastikan miokarditis aktif.

Pola klinikel dan prognosis

Karena pada umumnya tidak ada gejala sampai timbulnya gagal jantung, pada waktu kardiomiopati terdiagnosis, penyakit jantung umumnya telah berlanjut. Secara klasik pola klinikel dari seorang pasien kardiomiopati dilatasi dikarakterkan oleh episode gagal jantung yang berat yang menyebabkan pasien harus dirawat dirumah sakit, diikuti oleh relatif periode yang panjang dari gejala dasar (baseline). Selama periode dasar ini, pasien sering mempunyai gejala hanya waktu ia berusaha keras. Dengan berjalannya waktu, episode gagal jantung yang berat akan lebih sering datangnya, dan periode dasar ditandai dengan tingkat gejala yang secara bertahap menjadi lebih buruk. Kira-kira satu tahun sebelum kematian, berulangnya perawatan dirumah sakit menjadi umum, dan itu menjadi nyata baik untuk dokter maupun pasien, bahwa suatu perburukan kondisi yang tetap dan bersikeras sedang berjalan.
Fraksi semburan dari bilik kiri jantung (LVEF, perbandingan dari volume darah yang disemburkan dengan setiap kontraksi) adalah suatu gambaran yang baik dari jumlah kerusakan bilik kiri, dan pada derajat tertentu menggambarkan prognosis dari pasien kardiomiopati dilatasi. Kebanyakan orang dengan kardiomiopati dilatasi tidak segera mengalami gejala yang signifikan sampai LVEF kurang dari 40% (normal adalah 50% atau lebih besar). Ketika pertama kali didiagnosis, kebanyakan pasien berada di batasan yang luas yaitu antara 10% dan 40%. Umumnya lebih rendah LVFE lebih buruk prognosisnya.
Pada beberapa tahun terakhir terapi baru (terutama dengan penggunaan beta-blockers dan ACE inhibitors) telah memperbaiki secara signifikan perawatan klinikel dari pasien denga kardiomiopati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar