Selasa, 20 Desember 2011

Cara Deteksi Stroke dan Upaya Mencegahnya

img
Salah satu konsep utama penanganan stroke adalah memberikan pengobatan yang spesifik dalam waktu sesegera mungkin sejak serangan muncul. Masalah yang muncul adalah tidak dikenalinya gejala stroke. Cukup ingat gejala stroke dari kata 'WASPADA' dan hindari dengan 'CEGAH' berikut ini.

Gejala stroke muncul akibat gangguan peredaran darah otak pada bagian otak tertentu. Gejala yang muncul sangat tergantung pada bagian otak yang terkena. Sebanyak 1 diantara 6 orang di seluruh dunia akan terkena stroke dalam hidupnya yang merupakan tema hari stroke sedunia tahun 2011.

Hal ini untuk menggambarkan besarnya permasalahan stroke di seluruh dunia. Stroke merupakan penyebab kematian nomor 1 di Rumah Sakit dari data Departemen Kesehatan RI, dan merupakan penyebab kecacatan utama pula.

Kenali gejala stroke dan bawa segera pasien stroke untuk mendapat pertolongan yang terbaik.

W= Wajah perot
Kelumpuhan saraf wajah merupakan salah satu gejala stroke yang paling sering dilaporkan. Kelumpuhan saraf wajah terjadi akibat gangguan pada saraf kranial nomor 7. Mintalah seseorang yang dicurigai stroke untuk tersenyum, wajah yang asimetri (tidak simetris) mendadak merupakan salah satu pertanda stroke.

A= Anggota gerak lemah
Kelumpuhan anggota gerak mendadak merupakan salah satu gejala stroke. Mintalah seseorang yang dicurigai stroke untuk mengangkat kedua lengannya bersamaan. Bila ada ketinggalan gerak yang sifatnya mendadak, maka hal tersebut adalah gejala stroke.

S= Sensibilitas atau rasa raba terganggu separuh
Gangguan rasa dalam bentuk baal atau kesemutan separuh badan atau salah satu anggota badan yang terjadi mendadak harus dicurigai sebagai gejala stroke. Gangguan rasa bisa dalam bentuk hilang atau kurangnya sensasi sentuh atau rasa kesemutan atau sensasi kesetrum di separuh anggota badan.

P= Pelo atau bicara tidak jelas
Bicara pelo merupakan salah satu gejala utama stroke. Mintalah orang yang dicurigai stroke untuk melafalkan kata-kata dengan huruf r, misalnya: lari-lari di rel kereta api. Bila ada pelo mendadak harus kita curigai sebagai stroke.

A= Afasia atau sukar berkomunikasi
Kehilangan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal yang terjadi secara mendadak merupakan gejala stroke. Apabila seseorang tiba-tiba tidak bisa bicara atau tidak bisa mengerti isi pembicaraan, maka harus dicurigai sebagai gejala stroke.

D= Disorientasi atau bingung mendadak
Pasien yang bingung mendadak bahkan sampai mengalami penurunan kesadaran harus dicurigai sebagai gejala stroke. Apabila seseorang kehilangan kemampuannya untuk mengenali orang, waktu, dan tempat secara mendadak, maka harus dicurigai sebagai gejala stroke.

A= Apabila ada salah satu gejala diatas segera ke RS
Penanganan stroke adalah berpacu dengan waktu. Apabila ada gejala stroke segeralah minta bantuan yang tepat. Penanganan yang tepat akan memberikan hasil yang baik pula.

Diagnosis patologi (stroke sumbatan atau stroke perdarahan) ditentukan dengan pemeriksaan minimal CT Scan kepala. Penanganan yang baik di awal diharapkan akan membuahkan hasil yang baik pula.

Tips Cegah Stroke

Hari stroke sedunia merupakan suatu hari dengan pesan setiap hari 'Stroke dapat dicegah dan stroke dapat diobati'. Salah satu upaya pencegahan stroke adalah mengendalikan faktor risiko stroke.  
Berikut ini adalah tips 'CEGAH STROKE'.

C = Cari dan kendalikan faktor risiko stroke
Kenali faktor risiko stroke yang ada pada diri anda. Ada faktor risiko stroke yang tidak dapat dikendalikan dan ada faktor risiko yang dapat dikendalikan. Tanyakan pada diri kita, apakah saya berisiko stroke?

Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan adalah: usia, jenis kelamin, riwayat keluarga stroke dan ras. Faktor risiko yang dapat dikendalikan adalah hipertensi, diabetes, kadar kolesterol darah yang tinggi, merokok, gangguan tidur, dan kegemukan. Temukan faktor risiko yang ada pada Anda dan kendalikanlah.

E = Enyahkan rokok
Merokok terbukti meningkatkan risiko stroke dan gangguan pembuluh darah lainnya 2-3 kali lipat. Hal ini menjadi lebih nyata pada penderita hipertensi dan diabetes. Merokok menimbulkan pengerasan pembuluh darah dan memicu timbunan plak dalam pembuluh darah. Hal ini terbukti bagi perokok aktif maupun pasif.

G = Giat berolahraga
Olahraga teratur yang bersifat aerobik terbukti membantu menurunkan tekanan darah, meningkatkan sensitivitas insulin sehingga terhindar dari diabetes, meningkatkan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik).

Lakukan olahraga yang baik mengandung unsur FITT yaitu: Frekuensi 3-4 kali seminggu, Intensitas ringan sampai sedang, Tipe aerobik, Time (waktu) 15-20 menit per kali olahraga.

A= Awasi tekanan darah
Hipertensi terbukti merupakan faktor risiko stroke yang paling konsisten dan dominan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa 60-80 persen penderita stroke diawali oleh hipertensi. Awasi tekanan darah anda secara teratur.

Seseorang dinyatakan menderita tekanan darah tinggi apabila tekanan darahnya > 140/90 mmHg. Pengobatan tekanan darah tinggi dapat dimulai dengan perubahan pola hidup, yaitu: membatasi konsumsi garam, perbanyak konsumsi buah dan sayur, berhenti merokok dan menurunkan berat badan. Pada kasus-kasus tertentu diberikan pula obat penurun tekanan darah.

H= Hindari stress
Stress terbukti meningkatkan tekanan darah, memperburuk sensitivitas insulin dan merangsang sistem saraf simpatis. Hal ini dapat berujung pada munculnya hipertensi dan diabetes.

Beberapa penelitian mengkonfirmasi bahwa stress akan meningkatkan risiko stroke 2-3 kali lipat. Luangkan waktu anda untuk olahraga ringan, membaca buku, mendengarkan musik dan berkumpul bersama teman.

Lakukanlah pencegahan stroke mulai sekarang. Stroke dapat dicegah bila kita secara dini mengenali faktor risiko stroke dan mengendalikannnya. Lebih baik mencegah daripada mengobati.

Kapan Kita Perlu ke Psikiater?

img
 
Psikiater atau yang juga dikenal sebagai Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa di Indonesia masih identik dengan menyembuhkan sakit jiwa serius. Tapi sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari orang tidak menyadari telah mengalami kondisi gangguan jiwa yang mengganggu aktifitasnya sehari-hari. Jadi kapan orang perlu datang ke psikiater?

Sering orang bertanya kepada saya lewat email maupun secara langsung kapan mereka butuh ke psikiater. Menjawab pertanyaan seperti ini saya biasanya sedikit menjelaskan dulu hal-hal yang berhubungan dengan praktek psikiatri dan apa saja kemampuan seorang psikiater. Setelah itu baru saya memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.

1. Mengganggu Fungsi Pribadi
Kondisi gangguan jiwa adalah sekumpulan gejala dan tanda yang dialami pasien yang cocok dengan suatu diagnosis gangguan jiwa sesuai dengan pedoman diagnosis gangguan jiwa menurut WHO (ICD 10 atau edisi Indonesianya PPDGJ III dan DSM IV-TR).

Disebut gangguan jiwa adalah ketika telah terjadi gangguan fungsi (hendaya/impairment) pribadinya. Misalnya karena kondisi gangguan jiwanya pasien jadi sulit beraktifitas sehari-hari, tidak bisa bekerja atau bersekolah dengan baik dan mengalami gangguan-gangguan fungsi pribadi terkait dengan gangguan jiwanya misalnya menjadi sulit tidur, sulit menjaga emosi dan sulit mengatasi kondisi lingkungan dengan keadaannya sekarang.

2. Mengganggu Fungsi Sosial
Kondisi gangguan jiwa biasanya tidak hanya mengganggu fungsi pribadi tetapi juga fungsi sosial. Pasien bisanya juga sulit berinteraksi dengan orang lain dan seringkali kesulitan ikut aktif dalam kondisi sosial yang bermakna.

Misalnya seorang yang menderita gangguan panik menjadi sulit untuk bepergian sendiri karena takut serangan paniknya muncul lagi saat sendiri, dia juga menjadi malas bertemu dengan orang lain (misalnya klien atau rekan bisnis) karena merasa tidak nyaman jika berbicara terlalu lama dan sulit konsentrasi. Jika pasien mengalami depresi biasanya ada rasa enggan dan malas untuk beraktifitas sosial.

3. Berlangsung dalam waktu yang bermakna
Gangguan jiwa ada yang berlangsung secara singkat misalnya stres akut, reaksi berkabung, atau gangguan penyesuaian akibat penyakit medis yang diderita. Tetapi ada juga yang berlangsung lama.

Gangguan depresi secara diagnosis baru bisa kita tetapkan diagnosisnya setelah gejala-gejala yang sesuai diagnosis berlangsung lebih dari dua minggu. Gejala depresi bisa berlangsung lama bila tanpa pengobatan yang tepat. Rata-rata pasien yang datang ke tempat saya bahkan sudah ada yang mengalami gejala gangguan jiwanya sejak beberapa bulan yang lalu bahkan ada yang sampai tahunan terutama pasien dengan gangguan psikosomatik.

Kapan Perlu Rawat Inap?
Lalu kapan pasien memerlukan perawatan inap untuk gangguannya. Beberapa hal di bawah ini bisa menjadi patokannya.

a. Membahayakan diri sendiri
Pasien yang telah membahayakan diri sendiri seharusnya dirawat inap. Contohnya adalah pasien skizofrenia yang karena gejala halusinasi dan wahamnya melukai diri sendiri. Pasien depresi yang keinginan bunuh dirinya sangat kuat.

Pasien skizofrenia yang tidak mau makan obat dan tidak mampu mengurus dirinya sendiri termasuk makan dan merawat diri. Ini adalah beberapa hal yang perlu perawatan inap.

b. Membahayakan orang lain
Pasien yang karena gangguan jiwanya secara obyektif dilihat mempunyai potensi untuk melukai orang lain juga perlu dirawat. Ini tentunya memerlukan suatu penanganan yang serius dan adanya informasi yang baik terhadap keluarga agar tidak terjadi kesalapahaman.

Ketika Serangan Panik Datang


img
 
Kalau Anda tiba-tiba merasakan jantung berdebar sangat cepat saat kondisi tenang dan tidak ada tekanan, apa yang kira-kira Anda pikirkan? Pasti kelainan jantung merupakan hal yang pertama kali terlintas di benak. Apalagi jika keluhannya ditambah dengan perasaan sesak napas, sulit mengambil napas, gemetaran dan seperti ingin pingsan? Pasti Anda akan semakin yakin ini suatu gangguan fisik bukan?

Satu kisah menarik dari kamar praktik saya adalah ketika seorang pasien laki-laki, sebut saja Michael namanya, usianya baru 35 tahun datang dengan keluhan seperti di atas. Saat kejadian itu ia sedang berada di jalan menuju kantornya di daerah Sudirman. Michael menjadi sangat ketakutan akan keadaan ini sampai ia meminggirkan mobilnya. Saat itu ia merasa takut mati sehingga membuatnya ke unit gawat darurat (UGD) sesaat jantungnya sudah mulai terasa berkurang debarannya 10 menit kemudian.

Di UGD, Michael diperiksa jantung dan laboratorium penunjang lainnya. Hasilnya semua dalam batas normal. Michael kemudian bingung apa yang baru saja dialaminya. Dokter menyarankan Michael untuk tidak khawatir karena tidak ditemukan kelainan apa-apa. "Mungkin Anda sedang kecapaian saja," kata si dokter menenangkan.

Kasus di atas cukup sering ditemukan sebagai salah satu kasus gangguan kesehatan jiwa yang bermanifestasi gejala fisik. Kalangan kesehatan jiwa menyebutnya sebagai serangan panik. Orang yang mengalami biasanya mengira ia terkena serangan jantung karena gejalanya sangat mirip dengan gangguan tersebut. Bedanya adalah dalam durasi waktu, serangan panik biasanya hanya berlangsung paling lama 15 menit saja dan setelah itu terjadi penurunan gejala yang dialami.

Ada beberapa gejala serangan panik yang sering dialami oleh pasien. Gejalanya yang paling sering adalah sebagai berikut:

  1. Jantung berdebar dan peningkatan denyut jantung
  2. Berkeringat
  3. Badan terasa gemetar atau berguncang
  4. Perasaan napas yang pendek
  5. Perasaan seperti tercekik
  6. Sakit dada atau perasaan tidak nyaman
  7. Mual atau merasa tidak enak di perut
  8. Merasa pusing
  9. Tidak stabil
  10. Kepala terasa ringan atau mau pingsan
  11. Takut kehilangan kontrol atau menjadi gila
  12. Perasaan takut mati
  13. Kesemutan atau seperti baal dan rasa seperti terbakar atau kepanasan.

Gangguan panik didiagnosis bila dalam waktu sebulan terakhir telah terjadi lebih dari 3 (tiga) kali serangan panik. Serangan panik ini terjadi tiba-tiba dan di antara serangan panik tersebut pasien merasa khawatir jika dirinya mengalami keadaan itu lagi (kecemasan antisipasi). Serangan panik ini juga telah mengganggu fungsi pasien sehari-hari baik pribadi dan sosial.

Agorafobia

Jika pasien mengalami serangan panik yang berulang, maka kebanyakan pasien menjadi takut untuk keluar rumah sendirian. Hal ini disebabkan pasien takut bila tiba-tiba saat ia sendiri di luar rumah, serangan panik itu datang lagi dan tidak ada yang menolongnya. Ketakutan tersebut dinamakan agorafobia.

Agorafobia biasanya juga diikuti oleh penghindaran terhadap situasi yang dapat membuat timbulnya kecemasan pasien. Hal ini yang menyebabkan pasien dengan gangguan panik biasanya takut bila keluar rumah sendiri tanpa ditemani.

Pasien juga menjadi malas keluar rumah atau bersosialisasi dengan teman serta kerabat di tempat-tempat terbuka. Apalagi bila ia harus ke tempat seperti itu sendirian. Hal ini tentunya menurunkan kualitas hidup pasien tersebut.

Apa yang dapat dilakukan?

Kualitas hidup pasien gangguan panik tentunya mengalami penurunan akibat konsekuensi dari penyakitnya. Untuk itu tatalaksana yang tepat dan menyeluruh sangat dibutuhkan agar pasien dapat kembali hidup normal.

Jika memang dalam pemeriksaan fisik dan penunjang tidak terdapat hasil yang mendukung ke suatu diagnosis penyakit seperti jantung dan tiroid (gondok) maka diagnosis gangguan panik harus segera dipertimbangkan.

Pemeriksaan fisik dan penunjang yang lengkap penting karena gejala serangan panik seringkali mirip dengan gejala-gejala penyakit yang sering kita temukan dalam praktik seperti penyakit jantung dan gangguan tiroid (gondok). Rujukan ke seorang ahli kesehatan jiwa atau psikiater juga dapat dilakukan demi tegaknya diagnosis dan penatalaksanaan yang segera dan menyeluruh.

Seperti tatalaksana kebanyakan gangguan kesehatan jiwa, pengobatan gangguan panik juga meliputi pengobatan dengan obat dan psikoterapi. Penggunaan obat untuk gangguan panik telah mendapatkan rekomendasi dari badan obat dan makanan Amerika (FDA) dan juga dari badan pengawasan obat dan makanan (POM) Indonesia.

Pasien tidak perlu khawatir akan efek ketergantungan terhadap obat yang sering ditakutkan oleh masyarakat bila memakan obat-obat dari ahli kesehatan jiwa. Kerjasama antara dokter dan pasien serta informasi yang akurat dan lengkap akan efek obat serta hal-hal yang menyangkut penggunaannya haruslah diketahui sejak awal berobat.

Pasien tentunya mempunyai hak untuk bertanya kepada dokter tentang obat yang dimakannya serta efek samping yang mungkin timbul. Tentunya kewajiban dokter untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar obat yang digunakan. Keteraturan kontrol berobat dan kepatuhan akan dosis obat juga akan menghindarkan pasien dari hal-hal yang tidak diinginkan dari penggunaan obat yang tidak tepat.

Psikoterapi dengan menggunakan teknik terapi kognitif juga sangat diperlukan. Pasien gangguan panik biasanya mempunyai keyakinan yang salah akan penyakitnya. Pasien biasanya sering salah mengintepretasikan sensasi di tubuhnya sebagai tanda awal serangan panik. Informasi tentang serangan panik termasuk penjelasan bahwa ketika serangan panik berlangsung, serangan tersebut terbatas watunya dan tidak mengancam jiwa.

Latihan relaksasi, pernapasan termasuk meditasi juga mempunyai peran yang sangat baik pada pasien gangguan panik. Hal ini membantu pasien untuk dapat mengontrol pernapasannya dan sedapat mungkin relaks sehingga gejala yang timbul dapat ditangani dengan baik secara mandiri oleh pasien pada saat serangan panik datang.

Semoga penjelasan di atas dapat membantu Anda untuk mengenali gejala dan tanda gangguan panik serta cara mengatasinya. Jangan malu untuk berkonsultasi dengan dokter ahli kesehatan jiwa jika mengalami gangguan panik. Salam sehat jiwa.